Header Ads

800-an Rumah Rusak dan 45 Orang Luka-luka

https://i.ytimg.com/vi/xLfWTEDs8-Y/hqdefault.jpgSORONG – Gempa dengan guncangan hebat 6,8  Skala Ricther  di Sorong dan sekitarnya pada Jumat dini hari (25/9) pukul 00.53 WIT mengakibatkan sedikitnya 843 rumah rusak dan 45 warga dilarikan ke RSUD Sele Be Solu karena mengalami luka-luka. Kondisi 843 rumah yang mengalami kerusakan itu tersebar di 18 kelurahan di Kota Sorong. Karena baru 18 kelurahan yang menyampaikan laporannya pada Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kota Sorong, sehingga dipastikan jumlah rumah rusak akibat diguncang  gempa  masih akan bertambah.

Dari 45  korban luka-luka yang dirawat di RSUD Sele Be Solu,  2 orang diantaranya mengalami luka berat, 3 orang  luka sedang, 4 orang dirujuk ke RSUD dan sisanya mengalami luka ringan. Wali Kota Sorong, Drs Ec Lambert Jitmau, MM mengatakan, dari 45 korban yang dirawat di RSUD Sele Be Solu,  37 orang sudah diperbolehkan pulang ke rumahnya.  

Wali Kota Lambertus Jitmau beserta staf kemarin (25/9) sekitar pukul 13.00 WIT mengunjungi korban gempa di RSUD Sele be Solu, serta meninjau kondisi bangunan  rumah sakit yang terbilang cukup parah hingga mengharuskan seluruh pasien diungsikan di halaman RSUD Sele Be Solu dengan tenda yang telah disiapkan.
Usai mengunjungi RSUD Sele Be Solu, Wali Kota Lambert Jitmau  beserta Sekda Kota, BASARNAS, Kepala BMKG, kepala BPKD, kepala BPBD, dan kepala SKPD, mengadakan rapat tanggap darurat dan mengeluarkan surat pernyataan, bahwa mulai 25 September sampai 9 Oktober dinyatakan sebagai tanggap darurat di Kota Sorong. Menurut Walikota Sorong gempa adalah masalah alam yang juga merupakan masalah nasional, Ia pun menghimbau kepada masyarakat untuk tetap tenang, tidak perlu takut dan panik.

Akibat gempa ini, kantor Walikota pun turut terkena imbasnya, hampir ditiap sudut kantor Walikota mengalami keretakan. Di lantai empat tepat di kantor dan aula BAPPEDA yang mengalami kerusakan cukup serius, terutama pada bagian atap.

Sementara itu, Direktur RSUD Sele Besolu, dr. Maria CH Huwae saat ditanya Radar Sorong mengatakan bahwa, jumlah pasien akibat gempa 40 orang luka-luka, 4 orang dirujuk ke RSUD Kabupaten Sorong (di Kampung Baru) karena fasilitas di RS Sele Be Solu ada yang rusak. “Yang masih dirawat di sini 8 orang. 4 orang dirujuk ke RSUD Sorong karena 2 cedera berat (patah tulang), dan 2 ce­dera sedang,”ujarnya.

Sementara itu, seorang pasien RSUD Sele Be Solu, Sance saat ditemui Radar Sorong mengatakan dirinya sakit muntaber, masuk pada Kamis (24/9) siang, malamnya ada gempa.”Saya dirawat di Anggrek lantai 2. Saat gempa saya jatuh dari tempat tidur. Saya tenangkan diri dulu, hindari tabung (oksigen) yang pada jatuh. Karena lampu mati. Infuse tacabut. Baru saya keluar ruangan. Sekarang semua terasa sakit, trauma mau ditusuk jarum ulang. Ini baru saja ditusuk ulang ini,”ujar Sance yang tinggal di Km 12 masuk.

Sedangkan Federika, pasien karena sakit malaria komplikasi dengan maag. Ia sudah 3 hari, jalan 4 hari dirawat di ruang kelas RS Sele Be Solu. “Tadi malam (Kamis malam) saya ketiduran,  setelah tabung (oksigen) jatuh baru bangun, saya cabut cairan infus, eh pintu dikunci, saya te­riak lalu suster buka pintu, saya lari karena gelap saya tabrak tabung yang pada jatuh, dan saya juga jatuh, baku tindis dengan orang-orang.  Kaki sakit karena tabrak tabung, ini masih trauma dan masih terasa pusing,”ujar Federika, warga Jl. Mawar Km 12 masuk.

Sementara itu, rumah di Jl. Ataa RT 03/RW 5 Kelurahan Giwu Km 12 masuk juga ada yang roboh. Penghuni rumah, Siska (24) saat ditemui Radar Sorong kemarin mengatakan bahwa  di rumah itu ia tinggal bersama nenek (Sofia 70 tahun) dan kakaknya. Pada malam kejadian gempa itu, nenek tidur di kamar belakang, kakaknya tidur di kamar depan. Saat itu terjadi gempa dahsyat, dinding rumahnya roboh, kakaknya langsung keluar lewat dinding yang sudah roboh. Neneknya terkena robohan dinding, sehingga kaki kanannya bengkak dan kepalanya sakit.  

“Kami lima bersaudara, saya nomor 2. Kedua orang tua kami sudah meninggal,”ujar Siska, mahasiswi semester 1 Aktris Sorong. Ayah Siska yaitu Zakarias Singgir sudah meninggal pada Mei 2014, dan mama Oktovina Way meninggal pada Oktober 2014.

Siska mengatakan bahwa kemarin pagi pegawai Dinas Sosial Kota Sorong sudah dating ke rumahnya.”Kami berharap ada bantuan dari pemerintah untuk membangun kembali rumah kami ini,”harapnya.

Sementara itu, Kepala Stasiun BMKG Geofisika Sorong, Andri W Bidang, mengatakan, pasca gempa Jumat dini hari, telah terjadi 313 gempa susulan namun dengan skala kecil. Diperkirakan gempa disebabkan oleh adanya aktivitas pertemuan antara lempeng  Pa­sifik, Filipina, Australia, dan Eurasia dengan kedalaman hingga 20 kilometer. “Kami belum bisa menentukan kapan terakhir gempa susulan itu berakhir, ka­rena kami butuh waktu 3 hari, bahwa gempa yang terjadi ini susulannya akan berakhir. Untuk penyebabnya, masih dalam kajian para ahli geofisika di Indonesia, karena gempanya ini berada di laut,”jelasnya  pada wartawan.

Sementara itu, Koordinator BMKG Provinsi Papua Barat, Frans Rahawarin, S.Si saat dihubungi via telepon seluler tadi malam mengatakan bahwa hingga tadi malam telah terjadi lebih dari 450 gempa susulan. Dari kemarin malam terus terjadi gempa susulan, sebagian bisa dirasakan, sebagian tidak terasa. Untuk kembali pada kondisi semula butuh energy, sehingga terjadi gempa-gempa susulan. Pusat gempa tepatnya berada di antara Waisai Raja Ampat sampai ujung kepala burung Papua Barat. “Masyarakat harap tenang, jangan terprovokasi dengan isu-isu yang tidak bertanggung jawab. Misalnya ada isu bahwa nanti malam akan ada gempa 7 SR itu tidak benar. Karena sampai sekarang belum ada alat yang bisa memprediksi terjadinya gempa,”ujarnya. 

Gempa yang mengguncang Kota Sorong membuat warga panic. Salah satu warga Km 12 masuk, Hj.Nini menjelaskan bahwa dinding rumahnya ada yang retak, barang – barang rumah pada pecah, salah satunya fas bunga yang besar dan gelas –gelas yang ada di dalam lemari kemudian salon yang besar juga jatuh.”Gempanya sangat dahsyat, menyebabkan  saya dan yang lain tidur di teras rumah karena takut ada gempa susulan seperti tadi pagi,”ujar Hj.Nini.

Hal senada juga dirasakan oleh salah satu warga kilo 12 yang berada di lorong Santa Fe. “Saya belum tidur waktu kejadian, saya berada di kamar dan pas lari untuk keluar rumah saya teriak histeris sambil memangil “mama – mama” saking paniknya sampai saya teriyaki mama dan ketika pagi hari saya baru melihat ternyata dinding rumah saya pada retak semua,” ujar Astuti.

Selanjutnya, masih di kompleks Kilo 12 masuk,  Ruko sekaligus toko Tri Wijaya milik Aliam mengalami kerusakan yang cukup parah sehingga membuat tokonya tidak buka akibat gempa.”Saya baru 5 bulan di Kota Sorong dan tinggal di toko dengan keluarga, saya gunakan lantai 3 untuk sekeluarga sedangkan lantai 1 dan 2 untuk produk jualan saya, waktu kejadian gempa saya dan keluarga tidur sehingga tidak bisa menyelamatkan barang – barang toko yang rusak akibat gempa, kerugian belum bisa saya pastikan karena saya masih shock, belum beres – beres,” ujar Aliam.

Kemudian kerusakan rumah terparah di alami Irwan Defi yang memiliki rumah di Kilo 12 jalan menuju sekolah Averos.”Waktu kejadian saya dan keluarga sudah tidur dan dinding yang jatuh pun menindis saya, teriak minta tolong dan warga berdatangan menolong saya yang sudah tidak mampu bergerak akibat tertindis dinding kamar,”ujar Irwan.

Ia pun menambahkan tidak ada yang tersisa dari dinding rumahnya.“Saya kaget bahwa semua dinding rumah sudah pada rubuh, gempa kali ini sungguh besar efeknya. Saya ikhlas menghadapi bencana ini meskipun saya harus mulai dari awal untuk membangun rumah saya, saya harap ada perhatian dari pihak Pemerintah untuk menanggulangi dampak dari bencana ini,”ujar Irwan.

Akibat gempa, pipa minyak Pertamina di Km 14 retak, se­hingga terjadi tumpahan minyak di parit-parit. Bagian/Fungsi Legal & Relation PT Pertamina EP Asset 5 Papua Field, Andi Njo saat dikonfirmasi mengatakan bahwa memang pipa retak, di parit yang buntu (kubangan)  sehingga tidak menyebar. Dari pagi hingga siang kemarin telah dilakukan perbaikan dan pembersihan di area tersebut.     

Gempa berkekuatan 6,8 SR yang mengguncang Kota Sorong dan sekitarnya, serta beberapa kali gempa susulan membuat pasien di RSUD Sele Be Solu ketakutan dan berlarian menyelamatkan diri ke luar ruangan. Akhirnya pasien harus menjalani perawatan di tenda darurat yang didirikan di halaman Rumah Sakit. Puluhan terpaksa dirawat di tenda darurat dengan tempat tidur darurat pula, karena khawatir masih ada gempa susulan.

Beberapa pasien yang ditemui Radar Sorong mengaku, mereka sudah takut kembali ke dalam ruangan sejak gema yang terjadi pada pukul 00.53 WIT, Jumat (25/9). Mereka memilih tidur di teras dan halaman Rumah Sakit, meski selang infus masih tertancap di tangan. “Memang gempanya besar sekali mas, semua lari dan sudah tidak berani masuk masuk lagi, ini baru dibangunkan tenda dan kita di tenda saja,”kata pasien.

Sementara itu, pantauan Radar Sorong, beberapa rumah warga juga roboh akibat diguncang gempa, seperti yang dialami warga di Kolam Buaya. Sebuah rumah roboh dari atap hingga dinding rumah semi permanen. Rumah tersebut roboh saat gempa malam hari, pemiliknya pun takut untuk kembali ke dalam rumah. Mereka baru masuk ke dalam rumah se­telah pagi harinya. “Iya takutlah mau masuk, jangan sampai pas masuk ada gempa susulan lagi, semalam kita tidur di luar semua sama tetangga, rumah tetangga juga ada yang rusak, barang-barang berjatuhan tapi yang terparah rumah ini,”kata Nanik.

Di kompleks depan RSUD Sele Be Solu, tembok pagar rumah warga juga roboh. Kejadian serupa juga terjadi di daerah Km 12. Menurut warga, beberapa ruko yang ada di Km 12 juga retak dan nyaris roboh. Kondisi serupa terpantau di daerah Malanu dan Km 10 Sungguh apes nasib Kopong, janda (67) sebagian sisi  rumah miliknya runtuh akibat gempa berkekuatan 6,8 SR  yang mengguncang Kota Sorong dan sekitarnya kemarin malam. Rumah tembok, yang ia tempati sejak 25 tahun yang lalu tersebut, kini tinggal kerangkanya saja.

Kepada Radar Sorong ia menuturkan, “untung saya lari keluar nak, kalau tidak saya ketindis runtuhan,” katanya saat ditemui Radar Sorong di kediamanya Jalan Klasmolok, Malanu KPR Misi, Jumat,(25/9) Pukul,07.00 Wit. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut namun kerugian materiil yang dialami korban kurang lebih mencapai Rp 50 juta. Sementara itu ia juga berharap agar pihak terkait dalam penanggulangan bencana turun ke kediamanya untuk melihat kondisinya saat ini dan me­minta agar ada pihak yang bersedia membantunya. (cr-38/cr-42/reg/cr-41/akh)
Sumber: RadarSorong

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.