Header Ads

Kematian, Antara Takdir ataukah Skenario?

Apa karena pilihan perjuangan untuk menuju sebuah bangsa yang merdeka membuat para penjajah itu gelap mata dan menggunakan berbagai cara dari yang sederhana bersifat terror hingga pembunuhan-pembunuhan misterius. Ataukah ini memang sudah digariskan oleh takdir, bahwa bangsa Papua dengan generasi mudanya akan mengalami hal-hal mengerikan yang mengakibatkan kematian dini.

Saya teringat kepada pesan seorang kaka yang juga dulu sangat vocal dan bersuara keras untuk perjuangan kemerdekaan Papua.  Hingga suatu ketika saat ia mengalami terror secara spiritual, dia seperti orang gila. Atau lebih pasnya seperti robot yang dikontrol dengan remot. Ia diarahkan untuk jalan keluar dari rumah yang satu ke tempat yang lainnya lagi tanpa ia sendiri sadari. Semakin hari semakin parah, bahkan dari manokwari ia ke sorong, dari terus ke Fakfak masih dengan kondisi yang sama.

Di setir oleh roh, entahlah roh jahat atau apa namanya.  Setelah beberapa bulan karena didoakan oleh para pendoa, yang rutin mendoakan perlahan roh kegelapan itu dapat hilang, walau kadang-kadang masih didengarnya. Saat ia sudah sedikit baikan  datang ke kontrakan saya, lalu   ia bercerita tentang pengalamannya itu. Adik ingat, jangan lupa untuk tetap landasi setiap gerak dengan doa, karena mereka yang kita lawan dan tuntut ini tidak hanya yang Nampak dimata, kuasa kegelapan, roh-roh kegelapan juga dipakai untuk melawan kita.

Pesan tersebut masih selalu saya ingat, kemudian kaka itu, entah dimana dia, sudah tidak ada kabar lagi. Apa yang dia sampaikan memang bagi saya agak aneh tetapi itulah fakta yang dia alami.

Pilihan dan Resiko Perjuangan


Kembali ke kondisi hari ini didalam tanah air Papua, maupun diluar. Saya melihat hampir hari berganti hari muatan pemberitaan tentang saudara-saudara, kakak, adik, teman yang pergi, dipanggil pulang oleh sang kuasa. Ada yang meninggal karena sakit, ada yang karena kecelakaan dan berbagai alasan lainnya.

Miris, ada rasa takut akan tiba masa dimana saya dan saudara yang baca ini juga alami hal yang sama. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan apakah kita pantas mati ditangan para pembunuh, apakah kita pantas mati dengan racun dan aneka ramuan lain yang tercampur untuk kita konsumsi?? Yang dipersiapkan skenarionya sedemian rupa sehingga itu seolah-olah telah menjadi takdir?

Yang saya maksudkan disini adalah kematian yang menimpa para aktivis muda Papua, para pendukung dan simpatisan perjuangan Papua. Sudah menjadi resiko dalam sebuah perjuangan bahkan di penjara sampai dengan dibunuh demi sebuah perjuangan. Namun yang sangat disesalkan adalah adanya kematian-kematian di rumah sakit rumah sakit, yang secara kacamata awam melihat tidak wajar, ada malpraktek dan dokter ahli yang terbatas bahkan tangani tidak sesuai. Tapi apa daya rakyat hanya bisa jalani aktivitas, ikut situasi yang ada. Perbandingan sangat jauh dengan melihat rumah sakit di pulau jawa, contoh di kota Jogja, dari cara penanganan medis sangat baik sehingga resiko pasien sakit keras juga masih punya peluang untuk hidup. Berbeda dengan di Papua pasien masuk rumah sakit berarti 50 % peluang hidup.

Akhirnya saya juga sadari, itu mungkin sudah takdir dari sang kuasa, takdir untuk kehidupan diatas bumi ini, tetapi bukan takdir untuk bangsa kami terus terjajah; bangsa Papua akan terus berjuang, terus memperjuangkan hak kedaulatan, demi terciptanya tatatan kehidupan masyarakat yang lebih baik dan sejahtera tidak seperti saat bangsa Papua masih terjajah.

Oleh : Phaul Heger

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.